Halo semuanya! Saya harap Anda baik -baik saja. Selama menjalani kehidupan, akan selalu ada pasang dan surut. Bagaikan sebuah roda yang terus berputar. Terkadang kita berada di atas, tetapi bukan tidak mungkin kita akan berada di bawah pada kemudian hari. Tidak ada manusia yang tahu pasti bagaimana hidupnya akan berjalan maupun peristiwa apa saja yang akan terjadi. Hal ini merupakan kesan yang bisa didapatkan setelah membaca novel Dua belas pasang mata karya Sakae Tsuboi. Berikut ini merupakan uraian dari novel tersebut:
Sebagai guru baru, Bu Guru Oishi ditugaskan untuk mengajar di desa nelayan yang miskin. Di sana ia belajar memahami kehidupan sederhana dan cinta yang ditunjukkan oleh murid -muridnya. Seiring berjalannya waktu, tahun -tahun mimpi tersapu oleh pernyataan yang sangat menyedihkan. Perang adalah untuk membuat semuanya, dan anak -anak ini dan guru mereka harus belajar beradaptasi dengan perubahan zaman.
Sesuai dengan blurb di atas, Dua Belas Pasang Mata menceritakan tentang Bu Guru Oishi dan kedua belas muridnya. Mulai dari Bu Guru Oishi yang mengajar murid-muridnya di bangku sekolah dasar hingga mereka tumbuh menjadi orang dewasa. Tidak hanya pertumbuhan para murid, novel ini juga menceritakan sudut pandang dan pemikiran-pemikiran Bu Guru Oishi terhadap segala hal yang terjadi di dalam hidupnya. Dengan latar perang serta waktu yang jauh dari masa kini, beberapa bagian mungkin akan terasa tidak mengaitkan. Akan tetapi, itu justru merupakan daya tarik dari Dua Belas Pasang Mata yang mampu memberikan pandangan baru sekaligus gambaran akan suasana kala itu.
Novel yang terdiri dari 248 halaman ini dikemas dengan bahasa yang ringan dan lugas. Oleh karena itu, pembaca tidak akan merasa kesulitan untuk memahami isinya. Dua Belas Pasang Mata juga kental akan pesan moral, baik secara tersurat maupun tersirat. Tidak hanya itu, desain sampul yang menggambarkan Bu Guru Oishi dan kedua belas muridnya juga memanjakan mata.
Salah satu kekurangan dari Dua Belas Pasang Mata adalah perubahan latar waktu yang terlalu cepat sehingga terkesan ada banyak bagian yang terlewati. Akibatnya, pembaca kesulitan untuk memiliki ikatan emosional dengan para karakter, terutama kedua belas murid Bu Guru Oishi. Rasanya tidak mudah untuk mengingat detail dari setiap murid, seperti siapa yang melakukan apa, siapa orang tuanya, sifatnya, dan seterusnya. Namun, hal ini mungkin bisa diatasi dengan membaca novel ini dalam sekali duduk.
Secara keseluruhan, Dua Belas Pasang Mata merupakan novel yang layak untuk dibaca. Novel ini cocok untuk kalian yang mencari bacaan singkat atau kisah kehidupan sehari-hari ketika terjadi perang. Bagi kalian yang tertarik untuk membaca novel ini, kalian dapat membelinya secara luring di toko buku terdekat atau daring melalui Toko online. Pastikan kalian tidak membeli buku bajakan ya.
Berikut ulasan dua belas pasang poin. Sampai jumpa di artikel berikutnya! Hati-hati di jalan!
Writer: Kamarel
Editor: Citrus



