Umur saya sekarang 35 tahun. Tidak menikah apalagi punya menikah. Teman-teman saya punya kehidupan sendiri. Maksud saya, orang-orang dulunya teman saya. Kami jarang bertemu, chat, atau apapun itu.

Saya pikir saya punya teman. Tapi kadang ngerasa orang tersebut tidak menganggap saya sebagai temannya. Seperti, nikah tanpa bilang-bilang sebelumnya, tahu-tahu udah dikasih undangan. Saya menjadi teman biasa. Padahal saya menganggapnya spesial.

Saya punya teman, kalau senang, saya bersamanya. Saya traktir makan. Tapi kalau dia senang, saya harus dapat kabar senangnya dia dari orang lain. Ketika dia butuh sesuatu, saya menjadi yang tidak dimintai bantuan.

Sampai pada kesimpulan. Orang-orang yang saya anggap teman itu tidak mengangap saya temannya.

Saya punya teman, yang kalau saya share pengalaman, chatnya nggak dibalas. Akhirnya, saya kapok bicara apapun. Benar, kita harus berpikiran positif. Tapi, kalian pernah nggak sih, ada diperkumpulan teman-teman yang lagi makan. Mereka mengobrol tentang keluarga mereka, bicara tentang merk-merk sesuatu yang saya tidak ketahui. Kemudian saya tanya merk apa?

Terus nggak dijawab.

Orang-orang didekatmu membeli kerudung yang sama. Tapi tidak pernah mengajakmu. wkwkwk. Mungkin karena saya nggak mampu membeli kerudung seharga 300k-500k. Tapi setidaknya, ditawari saja tidak.

Perah nggak? nggak diajak karena kamu bukan kategori “macan” yang artinya mama cantik. Tapi masuk akal juga, saya bukan mama dari seseorang dan tidak menganggap saya cantik. heheh.

Tulisan ini mungkin hanya keluh kesah. Tapi, makin tua, saya merasakan itu lebih dalam. Bahwa, mungkin di hari-hari ke depan, saya akan banyak sekali melewati hari-hari sendirian dan lebih sendirian lagi. Barang kali teman saya belakangan adalah buku-buku yang sedang saya baca.

Terima kasih sudah membaca.